Abdullah Azzam, Dakwah dan Pengorbanan
Wahai mereka yang telah ridla Allah sebagai Rabb-nya, Islam sebagai Diennya dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulnya. Ketahuil, bahwasanya Allah telah menurunkan ayat dalam surat al-baqarah :
“Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepada
kamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?
Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan
(dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan
orang-orang beriman bersamanya : “Bilakah datangnya pertolongan Allah?”
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al
Baqarah : 214)
Harga
dakwah itu amat mahal menurut firman Allah Yang Maha Benar dan Maha
Agung serta menurut lisannya Rasulullaah SAW. Harga mengemban prinsip
dan memindahkannya dari alam pikiran atau alam teori ke alam tatbiq
(praktek) dan alam kenyataan, memerlukan banyak pengorbanan sehingga
menjadi benar-benar nyata dan hidup di alam dunia.
1. HARGA DAKWAH
Dakwah
tidak akan mencapai kemenangan dan keberhasilan jika dakwah tersebut
tidak diiringi pengorbanan. Baik itu dakwah ardliyah (dari manusia)
atau dakwah samawiyah (dari Allah). Darah, tubuh, tulang belulang,
nyawa, syuhada`, itu semua adalah api yang menyalakan pertempuran, api
yang menyalakan peperangan ideologi, api yang menyalakan perang
pemikiran. Adapun ayat tersebut di atas memperingatkan kita kepada
persoalan penting dalam gelanggang peperangan ini. Yakni bahwa tidak
ada surga bagi orang yang tidak mau berkorban dan menyumbangkan
sesuatu.
Apakah
kamu mengira? Apakah kalian menyangka bahwa kalian akan masuk surga
padahal belum merasakan seperti apa yang dirasakan orang-orang sebelum
kalian. Kemudian Allah Rabbul `Izzati mengisyaratkan persoalan penting
bahwasanya kamu sekalian tidaklah semulia hamba yang paling
dicintaiNya, kalian tidak lebih baik dari hamba-hamba pilihanNya.
“Allah memilih utusan-utusanNya dari malaikat dan dari manusia.” (QS Al Hajj : 75)
Tak
ada satu manusia di bumi ini yang lebih utama daripada Muhammad SAW,
kendati demikian sebagaimana firman Allah `Azza wa Jalla. “Mereka
ditimpa oleh bencana (yakni peperangan), kesengsaraan (kemiskinan),
kekurangan dan lain-lain yang serupa.” Dan mereka digoncangkan, coba
perhatikanlah diri manusia ketika mereka dalam keadaan tergoncang.
Gemetar seluruh tubuhnya seakan-akan ia dilanda gempa bumi sehingga
tidak mampu menguasai diri untuk tidak jatuh. Mereka digoncangkan dan
goncangan itu membuat makhluk yang paling sabar di muka bumi, yakni
Rasulullah SAW, berdo`a dengan penuh ketundukan kepada Allah `Azza wa
Jalla, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?”
Orang
yang sabar, tawadlu`, khusyu`, Aminullah (yang dipercaya Allah) di
muka bumi, yang selalu bertemu Aminus Sama` (Jibril AS) pagi dan
petang, yang senantiasa dimantapkan oleh Al Qur`an sepanjang siang dan
malam, masih dapat tergoncang sehingga menyeru kepada Allah dengan
sepenuh hati dalam permohonannya, serta mengasingkan dirinya untuk
bermunajat kepada Allah `Azza wa Jalla. Beliau berdo`a, “Bilakah
pertolongan Allah itu tiba?”
“Sehingga
apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi dan telah meyakini
bahwa mereka telah didustakan datanglah kepada rasul itu pertolongan
Kami.” (QS Yusuf:110)
Masalah
tersebut menjadikan para rasul hampir putus harapannya. Mereka tidak
mempunyai harapan namun belum sampai pada putus asa, karena :
“Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.” (QS Yusuf : 87)
Mereka
meyakini bahwa mereka telah didustakan. Bumi itu telah tertutup rapat
di hadapan mereka dan dunia terasa sunyi di wajah mereka, bumi tidak
menjanjikan seseorang yang mau mengikuti dakwah mereka, maka mereka
tidak berpengharapan lagi.
“Sehingga
apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan
mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah
kepada Rasul itu pertolongan Kami, lalu Kami selamatkan orang-orang
yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami dari
orang-orang yang berdosa. Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka terdapat
pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal, Al Qur`an itu
bukanlah cerita yang dibuat-buat.” (QS Yusuf 110-111)
2. PENGORBANAN RASULULLAH SAW
Al
Qur`an itu bukan hiburan dan bukan untuk kesenangan di waktu-waktu
senggang, akan tetapi Al Qur`an adalah manhaj (petunjuk jalan) bagi
para Da`i yang menempuh jalan dien ini sampai hari kiamat, mengikuti
jejak langkah penghulu para rasul Muhammad SAW dan pemimpin semua umat
manusia.
“Aku
adalah pemimpin anak cucu Adam, bukan menyombong.” Meskipun demikian,
keadaan beliau saat ini adalah seperti yang beliau sendiri ceritakan
dalam hadits shahih:
“Sungguh
aku pernah disakiti karena menyampaikan risalah Allah dan tak
seorangpun pernah disakiti seperti itu, aku pernah diintimidasi karena
menyampaikan risalah Allah dan tak seorangpun pernah diteror seperti
itu. Dan pernah pula lewat pada diriku tiga puluh hari tiga puluh
malam, sementara aku dan Bilal tak ada sesuatu yang dapat dimakan
kecuali sedikit makanan yang hanya dapat menutupi ketiak Bilal” (Shahih Al jami` Ash Shagir 1525)
Ketika
datang pembesar Quraisy kepada Abu Thalib, meminta dia agar mencegah
keponakannya menyakiti perasaan mereka, maka Abu Thalib mengirim
anaknya Uqail untuk menemui Rasulullaah SAW dan mengingatkan bahwa kaum
Quraisy mendesaknya agar menghentikan penghinaan terhadap mereka, maka
beliau Rasulullaah SAW menjawab dengan kata-kata sebagai berikut:
“Demi
Allah, aku lebih tidak mampu meninggalkan sesuatu yang aku diutus
untuknya daripada seseorang di antara mereka mencoba membakar matahari
dengan nyala api.”
“Demi
Allah, wahai paman. Sekiranya mereka dapat meletakkan matahari di
tangan kananku dan bulan di tangan kiriku supaya aku meninggalkan
perkara ini, maka aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah
memenangkannya atau aku akan binasa karenanya.” (Riwayat pertama dinyatakan hasan oleh Albani, dan merupakan penguat bagi riwayat kedua)
Urusan menyampaikan dakwah bukan merupakan sesuatu yang mudah atau perjalanan yang menyenangkan.
“Kalau
yang kamu serukan kepada merek itu keuntungan yang mudah diperoleh dan
perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka akan
mengikutimu.” (QS At-Taubah : 42)
Sesungguhnya
jalan dakwah adalah jalan yang panjang dan sukar. Semuanya berduri,
semuanya pengorbanan. Bahkan mungkin engkau meninggal dunia sedangkan
engkau belum mencapai satu buahpun dari hasil pekerjaanmu.
`Abdurrahman bin `Auf menangis
`Abdurrahman
bin `Auf meletakkan makanan yang lezat didepannya lalu dia menangis
dan kemudian berdiri. Dia berkata: “Sungguh sahabat-sahabat kami telah
meninggalkan dunia, namun mereka belum pernah melihat seperti ini. Dan
sungguh dahulu. Mush`ab bin `Umair, makanannya lebih baik daripada
kami, tetapi dia belum pernah melihat makanan yang sebaik ini.”
Anas
ra berkata: “Rasulullaah SAW telah diwafatkan oleh Allah, sedangkan
beliau belum pernah menikmati daging kambing bakar.”(HR Shahih Bukhari)
“Tak pernah sama sekali keluarga Muhammad makan roti dari Sya`ir (jenis gandum) sampai kenyang selama dua hari berturut-turut.”
“A`isyah berkata: “Demi Allah, kami belum pernah makan korma sampai kenyang kecuali sesudah penaklukkan Khaibar.”" (HR Muslim)
Apakah
kalian mengira bahwa prinsip dan keimanan itu hanya merupakan mainan
atau senda gurau atau kesenangan yang disampaikan seorang manusia lewat
khutbah yang dihiasi dan dirangkai dengan kata-kata yang indah, atau
ditulis dalam sebuah buku lalu dicetak dan kemudian disimpan di
perpustakaan ????????????
Itu sama sekali bukan jalan dari Ashabud Da`wah (penyampai dakwah) !!!!
Sesungguhnya
dakwah itu selalu akan memperhitungkan bahwa generasi pertama yang
menyampaikan dakwah, mereka itu adalah tumbal bagi tegaknya dakwah yang
diserukan.
Ucapan Syayid Quthub
Sesungguhnya
generasi pertama, mereka itu pergi sebagai api penyala buat tabligh
dan sebagai bekal untuk menyampaikan kalimat yang tidak akan hidup
kecuali dengan qalbu dan cucuran darah.
Sesungguhnya
kalimat kita akan tetap mati seperti boneka yang tak bergerak, sampai
kita mati karenanya. Maka dia / kalimat itu akan bergoncang bangkit dan
hidup di antara mereka yang hidup. Setiap kalimat yang hidup, maka ia
akan bersemayam di hati manusia yang hidup, sehingga hiduplah ia
bersama-sama mereka yang hidup. Orang-orang yang hidup tidak akan ingin
berdampingan dengan orang-orang yang mati, mereka hanya mau
berdampingan dengan orang-orang yang hidup. Adapun mayat itu akan tetap
di kubur di bawah tanah, walaupun ia adalah mayat orang terhormat.
3. JALAN DAKWAH
Wahai
saudara-saudaraku. Jalan dakwah itu dikelilingi oleh “makaruh”
(hal-hal yang tidak disukai), penuh dengan bahaya, dipenjara, dibunuh,
diusir dan dibuang. Barangsiapa ingin memegang suatu prinsip atau
menyampaikan dakwah, maka hendaklah itu semua sudah ada dalam
perhitungannya.
Dan
barangsiapa menginginkan dakwah tersebut hanyalah merupakan tamasya
yang menyenangkan, kata-kata yang baik, pesta yang besar dan khutbah
yagn terang dalam kalimat-kalimatnya, maka hendaklah dia menelaah
kembali dokumen kehidupan para rasul dan para da`i yang menjadi
pengikut mereka, sejak dien ini datang pertama kalinya sampai sekarang
ini.
Berapa
banyak orang-orang komunis yang mengurbankan diri mereka untuk
mengadakan revolusi merah ?? Berapa lama lenin dipenjara dan dibuang?
Dan betapa kagumnya kita saat ini dengan demokrasi barat ? Bagaimana
undang-undang tersebut dapat menghakimi Presiden di depan mahkamah,
serta memenangkan atau bahkan mengalahkan kasusnya. Undang-undang dan
hakim tidak tunduk kepada seorangpun. Cukup sekiranya saya ambilkan
sebuah contoh bagi anda, bekas presiden Amerika Serikat, Nixon. Ketika
partai oposisi hendak mengajukan tuntutan kepadanya dengan tuduhan bahwa
dia memata-matai mereka selama berlangsungnya pemilihan, maka Nixon
meminta maaf atas kesalahannya dan kemudian berlindung di balik panggung
sejarah karena khawatir akan terjatuh di bawah kekuasaan
undang-undang.
Apakah
kalian mengira bahwa undang-undang tersebut datang dengan sia-sia?
Apakah kalian mengira bahwa undang-undang tersebut datang dengan
tiba-tiba? Mereka memperolehnya dengan pengorbanan darah serta tulang
belulang para pemikir. Telah dibunuh tiga ratus ribu orang di tangan
algojo di mahkamah pemeriksaan, dan tiga puluh ribu diantaranya dibakar
hidup-hidup. Mereka yang dibunuh itu ingin mengeluarkan orang-orang
barat dari cengkeraman gereja yang lalim dan membebaskan mereka dari
belenggunya yang kuat dan kokoh.
Telah dibunuh Bruno, dipenjara Copernicus, serta disiksa Galileo,
oleh karena mereka meneriakkan prinsip mereka dengan lantang. Tatkala
Bruno diajukan di depan mahkamah gereja dan kemudian dijatuhi hukuman
mati, hanya karena dia mengatakan bahwa bumi itu bulat, maka Bruno
berkata: “Walau bagaimanapun bumi itu tetap bulat.” Walaupun terbukti
bahwa bumi itu memang bulat, tetap saja dia dihukum mati.
Selama
tiga abad berturut-turut, para pemikir barat berjuang. Seperti
Montesqueu, John Lock, Jan Jack Rosow, John Liel, dan lain-lain. Mereka
telah banyak berkorban untuk mengeluarkan umat mereka dari doktrin
pendeta yang bertentangan dengan akal pikiran dan ilmu pengetahuan.
Pihak gereja menggiring manusia yang membangkang ke neraka penyiksaan
dengan cambuk gereja yang kuat.
Dari
sinilah, dan dari sebab ketidakmampuan mereka untuk mengadakan
konfrontasi dengan pihak gereja, maka mereka berusaha membebaskan
orang-orang barat. Untuk itu mereka menyeru orang-orang untuk
mengingkari tuhan gerej dengan tujuan merobohkan gereja dan tiraninya
yang bernama Paus.
Dua Revolusi Besar
Demokrasi
yang dinikmati bangsa-bangsa barat sekarang ini bukan terjadi secara
kebetulan saja, dan bukan hasil dari orang-orang yang mau berkorban.
Dijalan apa ??? Mereka berkorban untuk menegakkan pemikiran mereka.
Mereka tidak berambisi untuk mendapatkan surga, dan juga tidak takut
terhadap neraka. Bahkan karena dahsyatnya derita yang mereka alami dari
penguasa gereja, maka pada saat mereka menang dalam dua revolusi besar
di negeri barat (bangsa barat telah bersepakat bahwa dua revolusi
Bolsyoviya tahun 1917 M) mereka membuat syi`ar, Gantung raja terakhir dengan usus Paus terakhir.
Maksudnya adalah, Sikatlah habis agama-agama dan raja-raja di bumi,
karena mereka membahayakan manusia dan menghancurkan kemanusiaan.
Belahlah perut Paus terakhir dan gantunglah raja terakhir dengan usus
Paus. Ini adalah syi`ar dalam revolusi Perancis. Adapun syi`ar dalam
revolusi Bolsyoviya yang melarikan diri dari gereja dan kediktatoran
kaisar adalah “Tidak ada Tuhan dan hidup adalah materi.” Mereka
tidak mengingkari wujud Allah, Darwin mungkin Marxis menurut apa yang
telah saya telaah tidak meningkari wujud Allah, akan tetapi mereka
meningkarinya karena hendak menghancurkan gereja yang menyiksa manusia
dengan ayunan cambuknya. Mereka lari dari penguasa gereja. Maka setelah
itu timbullah atheisme di negeri barat dan menyebar ke dunia.
Saya
ingin mengatakan kepada kalian : “Tidak mungkin suatu prinsip itu bisa
menang tanpa pengorbanan dan tanpa cucuran darah. Pernah orang-orang
komunis di dunia Arab, yakni di Yordania, dijatuhi hukuman mati oleh
hakim pada tahun 1954. Halim mengetuk palu dan memutuskan : “Mahkamah
telah menjatuhi hukuman kepada saudara berupa kurungan penjara selama
lima belas tahun.” Maka dia berkata lantang: “Hidup Rusia!!!! Hidup
Lenin!!!!”"
Maka
apakah kalian mengira bahwa kalian dapat mempertahankan negara kalian
yang lemah itu selama sepuluh tahun atau lima belas tahun ? Para
komunis itu adalah pengikut suatu prinsip yang tidak berharap kepada
Allah, tidak mengenal Allah. Dunia mereka dan akhirat mereka adalah
dunia mereka, jadi tidak ada akhirat buat mereka. Kendati demikian
mereka berani berkorban demi keyakinan dan prinsip mereka.
4. TELADAN DARI MEREKA YANG MELANGKAH DI JALAN DAKWAH
Dakwah
islamiyah telah menyumbangkan keteladanan yang tiada bandingannya.
Telah banyak berkorban putra-putra Islam di atas jalan ini sepanjang
sejarah. Darah mereka menjadi api obor bagi generasi-generasi yang
datang sesudah mereka. Jika Hasan Albana telah dibunuh di jalan
protokol terbesar di kota Qahirah, yakni di lapangan Ramses, dan
kemudian dihabisi nyawanya di kamar bedah rumah sakit. Tidak ada yang
menshalati jenazahnya selain empat orang perempuan saja. Namun darahnya
telah menghidupkan generasi-generasi sesudahnya di bumi ini.
Jika
Abdul Qadir Audah, Muhammad Farghali, Yusuf Thal`at, Hamdawi Dawir,
Ibrahim Thayyib, Mahmud Lathif, Sayyid Quthub, Abdul Fattah Isma`il,
Muhammad Yusuf Hawwasy, Shaleh Sirriyah dan karim Al Anadluli serta
yang lain dapat mereka bunuh, namun darah mereka tidak hilang sia-sia.
Darah mereka laksana api yang menggelegarkan dada-dada generasi Islam
yang berusaha untuk menegakkan Dien Allah.
Mengikuti
jalan mereka sebelumnya Al Qassam, Sallamah dan Al `Izzu bin
`Abdussalam serta yang lainny. Mereka telah menerangi kita dengan nyala
api untuk kita pegang dalam melangkah di atas jalan dakwah.
Darah-darah mereka merupakan menara petunjuk bagi generasi-generasi yang
mau mencari petunjuk.
Hamidah
Quthub pernah bercerita kepadaku. Katanya: “Pada tanggal 28 Agustus
1966, Hamzah Basiyuni, Direktur penjara memanggilku. Lalu dia
memperlihatkan keputusan hukuman mati bagi Sayyid Quthub, Hawwasy dan
Abdul Fattah Isma`il, kepadaku. Lantas dia mengatakan: “Kita masih punya
kesempatan terakhir untuk menyelamatkan Ustadz (Sayyid Quthub), yakni
dia harus minta maaf. Dia akan diringankan dari hukuman mati, dan
sesudah enam bulan dia akan keluar dari penjara dalam keadaan sehat wal
afiat. Kalau dia jadi dibunuh, maka demikian itu akan berarti suatu
kerugian bagi seluruh dunia. Pergi dan bujuklah dia supaya mau minta
maaf.”"
Hamidah
menyambung : “Lalu aku pergi menemuinya di penjara. Sampai disana
kukatakan kepadanya. Sesungguhnya mereka mengatakan jika engkau minta
maaf maka mereka akan meringankan hukuman mati mu.” Maka dia menjawab:
“Atas kesalahan apa aku harus minta maaf wahai Hamidah, apakah karena
aku beramal di pihak RAbbul `Izzati? Demi Allah, sekiranya aku bekerja
untuk pihak lain selain Allah tentu aku akan minta maaf. Akan tetapi
sekali-kali aku tidak akan minta maaf karena beramal di pihak Allah.
Tenanglah wahai Hamidah, sekiranya umur belum waktunya habis maka hukum
mati itu tidak akan jadi dilaksanakan. Tidak berguna sama sekali maaf
itu untuk mempercepat ajal atau mengakhirinya.”
Itulah
jiwa yang dipoleh iman !! Kekuatan macam apa ini !! Keteguhan hati
macam apa ini !! Tali gantungan nampak di depan matanya, namun dia
masih sempat menenangkan hati yang hidup atas Qudratullah dan qadarNya.
Basyir
Al Ibrahim mengatakan : “Pernah suatu ketika, aku berada di dekat raja
Faruq ( raja Mesir waktu itu ). Aku mendengar mereka tengah
berbisik-bisik tentang rencana pembunuhan Hasan Albana. Maka aku segera
pergi menemui Hasan Albana dan kukatakan padanya :”
“Sesungguhnya
pembesar negeri ini sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu,
sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang memberi nasihat kepadamu.” (QS Al Qashash : 20)
Maka dia menjawab : “Apakah engkau berfikir begitu (dia ulang tiga kali), ketahuilah:
“Sesungguhnya
Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah
telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS Ath-Thalaq)
Sesungguhnya kalau kematian sudah menjadi ketentuan Allah, maka kewaspadaan itu tidak akan dapat menyelamatkan.”
5. CONTOH KEPAHLAWANAN DARI AFGHANISTAN
Kita
sekarang bersama bangsa Afghan yang telah memberi banyak contoh
tentang kepahlawanan. Suatu kepahlawanan yang belum pernah terjadi dalam
lembaran tarikh islam selama lima abad terakhir ini. Sesungguhnya
pengorbanan yang telah diberikan bangsa Afghan, secara keseluruhan tidak
dapat disamakan dengan jihad dan perang bangsa-bangsa Islam pada
abad-abad terakhir ini.
Saya
belum pernah melihat kesabaran yang melebihi kesabaran mereka. Saya
tidak pernah melihat bangsa yang lebih perkasa daripada jiwa mereka.
Dan saya tidak pernah melihat bangsa muslim mukmin seperti mereka, yang
tidak mau menundukkan kepala mereka kecuali kepada Rabbnya bumi dan
langit.
Mereka
tidak mempunyai persediaan makanan untuk kehidupan sehari-hari. Ada
orang Arab yang kaya meminang anak gadis mereka. Namun mereka menolak
menikahkan anak gadis mereka, khawatir hal itu mencemarkan harga diri
mereka. Sehingga jangan sampai ada yang mengatakan bahwa mereka
menikahkan anak gadisnya pada masa kesulitan kepada orang-orang kaya.
Mereka
mengisahkan kepada saya tentang seorang perempuan dari Propinsi
Kandahar. Mereka mengatakan bahwa perempuan tua tersebut datang kepada
Mujahidin dan melapor : “Sesungguhnya anak lelakiku berkomplot bersama
pemerintah komunis untuk menyerang kalian. Dia pergi ke Kandahar untuk
menunjukkan tempat berlindung kalian dan kamp-kamp kalian. Karena itu
susul dan tangkaplah dia!”
Kemudian
mujahidin mengejar anak perempuan tua tersebut dan berhasil
menangkapnya. Setelah itu mereka bawa ke markas dan kemudian mereka
kirimkan lelaki tersebut kepada ibunya. Mujahidin berkata: “Ini anak
lelakimu, lalu apa yang harus kami perbuat dengannya?” “Ikatlah kedua
kaki dan lengannya dan beri aku pisau yang tajam.” Jawabny. Maka mereka
memberi dia, mereka memberi sebuah pisau. Kemudian perempuan tua itu
berkata kepada anak lelakinya : “Ingatlah kamu pada hari di masa engkau
mencaci Rasulullaah SAW di depanku? Maka saat ini saya akan membalas
dendam bagi Rasulullaah SAW terhadapmu wahai kafir !!” Kemudian dia
menyembelih anak lelakinya dengan tangan sendiri.
Belum
pernah kudengar, belum pernah kudengar dalam sejarah bahwa seorang
perempuan tega membunuh anaknya demi menegakkan prinsipnya. Kita telah
mendengar tentang para sahabat (Semoga Allah meridlai mereka semua)
bahwa mereka membunuh ayah mereka sendiri. Akan tetapi kita belum
pernah mendengar ada seorang perempuan yang membunuh anaknya dengan
tangannya.
Beberapa
hari yang lalu datang tiga puluh wanita dari sebuah desa di
Afghanistan. Rusia tidak menyisakan penduduknya kecuali tiga puluh
wanita ini. Yang lainnya, mereka bantai habis. Di sebuah desa Propinsi
Logar, kaum komunis Afghan menyembelih empat puluh tiga orang yang
terdiri para lelaki jompo, ulama, kaum wanita, dan anak-anak, kemudian
jenazah tersebut mereka tuangi minyak tanah dan kemudian mereka bakar
pada hari Iedhul Adha atau beberapa hari sebelumnya. Dalam pembantaian
itu ada anak laki-laki berusia dua belas tahun bersembunyi di bawah
tempat tidur. Orang-orang rusia masuk ke dalam rumah dan menggeledah isi
dalamnya. Secara kebetulah mereka mendapati mushaf al qur`an, lantas
Mushhaf tersebut dibanting dengan keras sebagai penghinaan atasnya.
Tiba-tiba anak yang bersembunyi tadi bergerak dari bawah tempat tidur
dan keluar ke depan Rusi yang membanting tadi dan memegang erat Mushhaf
tersebut diantara kedua tangannya. Lantas dia berkata: “Ini adalah
kitab Rabb kami, kitab ini adalah kemuliaan kami dan syi`ar kami.:
“Buang kitab itu!” Perintah Syethan tersebut. Maka dia menjawab: “Meski
engkau potong-potong diriku, demi Allah aku tidak akan melepaskannya
dari tanganku.” Karena penghormatan anak tersebut kepada agama ini,
maka si Rusia pun menghormati anak tersebut. Lantas dia sembelih semua
yang ada di rumah dan membiarkan anak tersebut tetap hidup.”
Kita
membicarakan orang-orang Afghan, mengenai yang negatif-negatif serta
yang jelek-jelek saja. Adapun kemuliaan-kemuliaan mereka dan
kelebihan-kelebihannya kita kesampingkan begitu saja. Kita tidak
berbicara kecuali tentang perselisihan yang terjadi di Peshawar, kita
tidak berbicara kecuali tentang perselisihan si Fulan dengan si Fulan.
Si Fulan mengambil sekian, dan si Fulan berdusta dalam hal demikian.
Masuklah kalian ke dalam medan pertempuran dan lihatlah apa yang sedang
dilakukan mujahidin? Kemudian setelah itu putuskanlah, apakah kalian
mampu hidup sebulan saja sebagaimana kehidupan mereka? Sesungguhnya
kalian tidak mampu mengerjakan yang demikian itu.
Betapa
banyak rumah tangga yang tidak tersisa didalamnya kecuali seorang anak
kecil saja. Ibu-ibu dibunuh, bapak-bapak dibunuh, pemuda-pemudi
disembelih dan yang lain hilang di bawah reruntuhan tanah akibat
bombardir pesawat tempur musuh. Perkara-perkara ini tidak disebarkan
beritanya di dunia Islam, akan tetapi justru perselisihan yang terjadi
antara dua atau tiga orang yang hidup di Peshawar lah yang banyak
disebarkan. Padahal Mujahidin meninggalkan lembaran-lembaran sejarah
yang bersinar. Lembaran yang membuat sejarah umat manusia dengan
pengorbanan darah, nyawa dan tulang belulang.
Saya
nasehatkan kepada kalian, sekali lagi saya nasehatkan kepada kalian.
Jika kalian ingin turut andil bersaham dengan saha, bagi kita, fardlu
ain bagi setiap muslim di muka bumi sekarang ini untuk mengangkat
senjata melawan penguasa-penguasa lalim di muka bumi, fardlu ain bagi
setiap muslim di muka bumi ini untuk berdiri di sisi orang-orang Afghan.
Jika engkau tidak mengangkat senjata di Afghan, maka berperanglah di
lain tempat. Tidak ada alasan bagi seseorang, seperti ucapan Abu Thalhah
ra : “Allah tidak mau mendengar udzur seseorang.”
Saya nasehatkan kepada kamu sekalian jika ingin berkhidmat untuk jihad Afghan, maka :
Pertama
: Janganlah kalian mentransfer perpecahan kalian dan perselisihan
kalian di dunia Arab ke bumi Afghan. Cukuplah mereka menghadapi
musibah, problema-problema serta perselisihan diantara mereka sendiri.
Tanah ini adalah bukan tanah kita, dan kawasan ini bukan kawasan kita.
Saya mengira bahwa hati kalian menyukai membantu jihad Afghan, maka
hendaklah kita mengangkat tinggi syi`ar ini, dan hendaknya kita semua
menyatukan pandangan di atas syi`ar tersebut, yakni “BERKHIDMAT KEPADA
JIHAD”. Adapun perselisihan kecil diantara kita, yakni khilaf dalam
cabang-cabang fiqh (masalah furu`iyah) atau perselisihan dalam hal cara
pengalaman, apakah diambil dari madzhab ini atau dari madzhab itu,
maka perkara-perkara ini harus dikesampingkan di medan perang ini.
Apakah
kita menggerakkan ujung jari kita (dalam duduk tahiyyat) atau tidak,
mengangkat tangan sesudah takbir ketika hendak ruku` dan sesudah ruku`
dan ketika mau sujud atau tidak. Mengeraskan bacaan amin atau tidak. Si
Fulan berasal dari tanzhim pimpinan Islam yang baik atau tidak, si
Fulan dari negeri Arab sebagai imam atau individu.
Buanglah
ini jauh-jauh dan kesampingkanlah. Sudah cukup penderitaan dan
problema yang ada di medan ini, jangan kita tambah dengan
keruwetan-keruwetan yang lain. Dan hendaknya kita semua bertemu untuk
saling tolong-menolong di atas perkara yang telah sama-sama kita
sepakati. Kita sepakat bahwa kedatangan kita kesini untuk membantu
jihad, untuk saling tolong-menolong dalam rangka berkhidmat kepada
jihad. Maka dari itu, hendaklah kita perlu saling memaklumi terhadap
obyek perselisihan. Janganlah kalian saling berbisik-bisik, saling
intip-mengintip, saling kerjap mengerjap, janganlah kalian saling
berbicara rahasia.
“Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaithan, supaya orang-orang beriman itu berduka cita” (QS 58:10)
Semua
orang yang sampai ke tempat ini, lebih dari sembilan persepuluhnya
datang dengan niat dan motif yang baik. Datang untuk turut serta dalam
jihad. Dan sebagian mereka tidak dapat datang karena terputusnya jalan
(tak punya biaya). Masalah dunia terbentang luas di hadapan mereka.
Disamping itu, mereka dinegerinya atau di negeri mahjar sekalipun hidup
serba kecukupan dan terhormat. Bekerja sebagai pegawai atau belajar di
perguruan-perguruan. Mereka tinggalkan itu semua dan datang untuk
berkhidmat kepada jihad. Inilah yang menjadi dasar pernilaian saya dan
saya tidak peduli dengan kekeliruan mereka sepanjang masih dapat
ditoleransi.
“Tiadalah
Rasulullaah SAW mengumpulkan manusia yang rela berkorban demi membela
dien ini melainkan dengan mizan kebaikan dan kesalahan. “Tidakkah
engkau tau wahai `Umar bahwa dia ikut serta dalam peperangan Badar.
Boleh jadi Allah telah melihat (hati) para ahli Badar, lalu Dia
berfirman: “Lakukanlah sekehendak kamu, sesungguhnya Aku telah
memberikan ampuan bagimu”(HR Shahih Bukhari – cuplikan).
Ketika
diketahui bahwa Ibnu Abu Balta`ah mengirim surat kepada kaum musyrikin
Quraisy tentang rencana Nabi SAW menyerang mereka maka `Umar bangkit
dari tempat duduknya dan berkata lantang: “Izinkanlah saya ya
Rasulullaah, memenggal leher orang ini. Sungguh dia telah nifak,” Sabda
beliau: “Tidakkah engkau tahu hai `Umar bahwa dia ikut serta dalam
perang Badar?” Sungguh Rasulullaah SAW telah memilih amal terbaik dari
sahabat ini sebagai dasar pertimbangan untuk meredam gejolak kemarahan
dalam hati `Umar dan para sahabat.
Para
sahabat telah telah menyebar kemana-mana, dan semua orang yang
mengikuti tidak berselisih dengan pengikut yang lain. Semua membawa
riwayat dari riwayat-riwayat Al Qur`an dan huruf dari huruf-hurufnya
(dialek dalam alQur`an), kendati demikian semuanya ikut serta perang
Yarmuk, dan dalam penaklukan negeri yang kita injak ini (Afghanistan).
Semuanya, para pengikut Hudzaifah, penduduk Syam, pengikut Al Auza`i,
penduduk Kufah dan penduduk Bashrah, semuanya dengan qira`at mereka yang
berbeda-beda, dengan imam yang berbeda, semuanya satu pasukan di bawah
satu qiyadah dan bertemu dalam satu tujuan, yakni berperang untuk
meninggikan kalimatullah. Untuk itu marilah kita tinggikan syi`ar.
Sesungguhnya kita datang untuk berkhidmat kepada jihad.
Sementara
kita ini, setelah tinggal di Peshawar seminggu atau dua minggu berubah
menjadi seorang pengamat politik dan ahli kemasyarakatan, memutuskan
hukum begini, mengeluarkan fatwa begitu, menjatuhkan si anu,
memperingatkan orang dari perbuatan si anu, namun sampai sekarang,
belum satupun peluru yang dia bidikkan di jalan Allah `Azza wa Jalla.
Dan dia tidak tahu bahwa orang yang dia lihat didepannya itu telah
menapak di atas jalan yang penuh kepedihan, darah, dan air mata selama
belasan tahun.
Marilah
kita beretmu di dalam syi`ar “Kami ingin berkhidmat kepada Jihad.”,
dan marilah kita bertemu dalam syi`ar lain “Meninggalkan perselisihan”,
tolong-menolong dalam masalah pokok dan meninggalkan perselisihan
dalam masalah furu`iyah. Kita semua datang untuk berkhidmat kepada dien
ini dan keluar dari negerinya berhijrah kepada Allah `Azza wa Jallah.
“Barangsiapa
keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan
RasulNya, kemudian kematian menimpanya, maka sungguh telah tetap
pahalanya di sisi Allah.”
Hatta
seandainya kamu tidak mati dalam peperangan, asal kamu keluar
berhijrah di jalan Allah, dan kamu mati di Peshawar, maka pahalamu telah
tetap di sisi Allah. Maka dari itu janganlah kamu hapus pahala yang
engkau dapat dengan memakan daging manusia, karena daging manusia itu
beracun menurut kata-kata Ibnu `Asakir. Untuk itu jangan sampai engkau
bertemu Allah, sedangkan lisanmu menetaskan darah dari darah manusia
yang engkau hisap. Jangan sampai engkau bertemu Allah, sementara daging
saudara-saudaramu berada di antara kedua gigimu. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW dalam suatu riwayat, ada disebutkan dalam atsar. “Demi
Allah, sesungguhnya aku melihat dagingnya berada di antara kedua gigi
depan kalian berdua.” Yakni ketika dua orang sahabat mengatakan
sesungguhnya hamba in celaan, lalu beliau bersabda: “Sungguh kalian
berdua telah makan daging sahabat kalian. Dan sesungguhnya aku, demi
Allah, melihat dagingnya berada di antara kedua gigi depan kalian.”
Kedua:
Kita bertemu untuk berkhidmat kepada jihad. Dan masing-masing bekerja
dibidangnya sendiri-sendiri. Masing-masing dimudahkan untuk beramal
sesuai dengan apa yang telah ditentukan baginya. Sebagaimana kalian
semua tidak membuat penilaian atas penguasa di negeri kalian (dan
tidaklah penguasa di negeri kalian itu lebih baik dari para pemimpin
jihad), maka yang demikian itu tidak selayaknya kita menilai pemimpin
jihad tersebut dengan pengamatan dan wawasan politik kita.
Ketiga:
Kita bermaksud memperhitungkan kebaikan kaum dan meninggalkan hal-hal
yang buruk. Kita bermaksud mengambil hal-hal positif yang membangkitkan
harapan dalam hati. Dan betapa banyaknya hal-hal yang positip itu, dan
betapa sedikitnya hal-hal yang negatif itu. Maka janganlah kalian
sibuk menghitung-hitung aib kaum muslimin.
“Wahai
segenap orang yang hanya beriman di bibir, sedangkan iman belum
merasuk ke dalam hatinya. Janganlah kamu sekalian menggunjing kaum
muslimin dan jangan pula mencari-cari aurat saudaranya muslim. Karena
sesungguhnya barangsiapa mencari-cari aurat saudaranya muslim, maka Dia
akan menelanjangi auratnya itu meski di dalam rumahnya sendiri.” (Shahih Al Jami` Ash Shaghir 7984)
Jangan
sampai kaliam berbuat sesuatu yang menjadikan Allah mempunyai alasan
yang nyata untuk mencari-cari aurat kalian dan membuka aib kalian serta
menelanjangi dan membuat malu kalian meskipun di dalam rumah kalian
sendiri.
Tiga point, yang kita bertemu, bersepakat dan tolong-menolong atasnya: Pertama,
kita lupakan perpecahan dan perselisihan kita di dunia Arab, dan kita
campakkan perpecahan dan perselisihan itu di bumi Afghan ini. Kedua, kita datang untuk salilng tolong-menolong dalam jihad dan saling memaafkan terhadap apa yang menjadi perselisihan kita. Ketiga,
menyebarkan hal-hal yang positif dan yang baik serta berdiam diri dari
aib dan hal-hal yang buruk. Dan jangan memalingkan manusia dari jalan
Allah. Sesungguhnya kebanyakan manusia benar-benar hendak menyesatkan
orang lain dengan nafsu mereka.
“Dan
sesungguhnya ada ucapan yang keluar dari mulut seseorang tanpa
disadarinya, bahwa karena ucapannya itu ia terperosok ke dalam neraka
jahanam.” (HR Bukhari)
Berapa
banyak pemuda yang datang ke sini dengan penuh semangat untuk
berjihad, kemudian kalian palingkan dia dari jalan Allah dengan ucapan
kalian? Berapa banyak pemuda yang sampai di bumi Afghan, kemudian mereka
kembali ke negerinya dengan rasa sesal lantaran banyaknya apa yang
kalian tanamkan dalam hati mereka berupa keburukan-keburukan yang telah
kalian hafal, kalian kumpulkan, dan tak sedikitpun darinya yang kau
lupakan! kamu sekalian menyangka dengan perbuatan itu telah berbuat
kebaikan memalingkan manusia dari jalan Allah dan menyesatkan mereka.
Sibukkanlah diri kalian dengan sesuatu yang bermanfaat bagi kalian.
“Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada suatu kaum, maka Dia ilhamkan kepada mereka untuk beramal.”
“Dan tiada tersesat suatu kaum yang telah mendapatkan petunjuk kecuali sesudah mereka saling debat mendebat” (Shahih Al Jami` Ash Shaghir 5633)
Saya
cukupkan sekian dulu, saya mohon kepada Allah semoga mengampuniku dan
mengampunimu. Wahai hamba-hamba Allah, beristigfarlah kamu sekalian
kepada Allah.
Dinukil dari : Tarbiyah Jihadiyah 1, al alaq Pustaka
Diunduh dari: Jahizuna.com